sabda wanita di balik dinding kamar
kau pegang urat bibirmu-luka
dikala nisfu di barisan lantai
lantai penuh baladaku ;
pergi sendiri ke ubun majazi
aku lipat angin ,tuhan mengaji di kutub matamu
( fissamaai ,aku menimang tubuhmu bersatu ke tubuhku )
peju warna lampu neon .berulang kali ku fartub di labang dadamu
. wanitaku ,kali ini bintang runtuhi kelaminku.
tuhan satu di bajuku-rintihmu-telukku-bibirmu-
yang ku ulur ke dinding kamar '
hanya alastu-buistu-fatehaku kamu yang palsu
berdiri memintal jemari ,
mengarak matahari .bulan .bintang sabtu di pahamu
tun jaina .jainatun jaiti
; retak sudah tubuh ini
kau tunu di samping ranjang
sehabis basah melumuri celurit air sungai-mahligai-sangsai-talufsai-ngarai
wanitaku .tutup matamu
aku akan menikahimu
sehabis rakaat adzan gemulai mengantar rindu di tudung sajimu
istirham lalu bunuh diri
bekasi , tengah hari 2012
TUDUNG SAJI
Nafsu itu ,
berarak dari tajam ubunku
menyulam riwayat gemulai tubuhmu
dunia kita ,fatia
seakan terpelanting mengayuh rindu
; bibirmu merah mencukur syahwatku .
sampai padam purnama
ke tujuh di teras rumah
tempat senja melukai malam
hdungmu mangir memancung
ke dinding jantungku_mentalutalu
mempalu mataku
teh hangat semalam ,fatia
saat memancing rembulan
untuk lebih cepat purnama
membuat panjang nafas yang tersangkut
di basah keringatku
membuat sungai
dengan ikan anak kita
memungut lembarlembar
angin ,dari permukaan diam bebatu
di balik tudung saji yang kau pakai ,fatia
hujan menitikkan air mata
bersalaman dengan kemarau
membuncah ke leher selangkanganku
saat gelasgelas bir bercawan rindu
kau pecahkan di meja makan
dari arah senyummu ,
kutilang terbang menabur musim
gendinggending dedaun menayup paparegan
di kolare alismu -sendu merayu
nafsuku kencang berlari
di sudut pintu dan kaca cermin
yang terpasung di dalam ranjang
dan sabun kamar mandi
sebentar lagi ,fatia
aku akan bertanya kepada hujan
tentang sebilah bunga di pipimu
memekar bagai kubangan danau
saat tegur sapa januari_
beranak di balik tudung sajimu
memanggil nafsuku yang terus
mengasah tajamnya sendiri
; sampai aku mebuk
2012 ,jakarta
TADARUS RAMADHAN
memetik bulan
yang berganti kelamin
pohonan ,ternak ,dan segala yang hidup
berucap syukur menderaikan tafakur
tetes air mata
terdengar alunan tahmid.
mentalu di anjungan musholla
mengerami senyum kita
menyambut ramadhan tadarus anugerah
kicau burung sibuk mencari angin
menanami langit dengan istirham adzan
kita telah sampai ,merahangi
kebersamaan.
membagi duka menjemput lara
membuka bahagia melepas rindu
tadarus ramadhan ,
saat tabirtabir lailatulqodar
tangantangan menengadah
menjulurkan ampunan tentang hamba
yang terniscaya hanyalah lemah di hadapanNYA
jika senja merah datang
jembar hati mulai terasa
berkumpul di dekat hidangan
mengulas liur yang membasah
seharian menahan lapar -dahaga
kumandang adzan terdengar melaju
bersama bibir menyentuh alhamdu
kemenangan telah kita rengkuh
bersama keringat dan kesabaran
yang terlahir di tubuh ini.
tadarus ramadhan
terasa indah
sampai ujung idul fitri
yang menunggu kata hati
'' minal aidzin wal faidzin "
2012 ,kranji bekasi
dikala nisfu di barisan lantai
lantai penuh baladaku ;
pergi sendiri ke ubun majazi
aku lipat angin ,tuhan mengaji di kutub matamu
( fissamaai ,aku menimang tubuhmu bersatu ke tubuhku )
peju warna lampu neon .berulang kali ku fartub di labang dadamu
. wanitaku ,kali ini bintang runtuhi kelaminku.
tuhan satu di bajuku-rintihmu-telukku-bibirmu-
yang ku ulur ke dinding kamar '
hanya alastu-buistu-fatehaku kamu yang palsu
berdiri memintal jemari ,
mengarak matahari .bulan .bintang sabtu di pahamu
tun jaina .jainatun jaiti
; retak sudah tubuh ini
kau tunu di samping ranjang
sehabis basah melumuri celurit air sungai-mahligai-sangsai-talufsai-ngarai
wanitaku .tutup matamu
aku akan menikahimu
sehabis rakaat adzan gemulai mengantar rindu di tudung sajimu
istirham lalu bunuh diri
bekasi , tengah hari 2012
TUDUNG SAJI
Nafsu itu ,
berarak dari tajam ubunku
menyulam riwayat gemulai tubuhmu
dunia kita ,fatia
seakan terpelanting mengayuh rindu
; bibirmu merah mencukur syahwatku .
sampai padam purnama
ke tujuh di teras rumah
tempat senja melukai malam
hdungmu mangir memancung
ke dinding jantungku_mentalutalu
mempalu mataku
teh hangat semalam ,fatia
saat memancing rembulan
untuk lebih cepat purnama
membuat panjang nafas yang tersangkut
di basah keringatku
membuat sungai
dengan ikan anak kita
memungut lembarlembar
angin ,dari permukaan diam bebatu
di balik tudung saji yang kau pakai ,fatia
hujan menitikkan air mata
bersalaman dengan kemarau
membuncah ke leher selangkanganku
saat gelasgelas bir bercawan rindu
kau pecahkan di meja makan
dari arah senyummu ,
kutilang terbang menabur musim
gendinggending dedaun menayup paparegan
di kolare alismu -sendu merayu
nafsuku kencang berlari
di sudut pintu dan kaca cermin
yang terpasung di dalam ranjang
dan sabun kamar mandi
sebentar lagi ,fatia
aku akan bertanya kepada hujan
tentang sebilah bunga di pipimu
memekar bagai kubangan danau
saat tegur sapa januari_
beranak di balik tudung sajimu
memanggil nafsuku yang terus
mengasah tajamnya sendiri
; sampai aku mebuk
2012 ,jakarta
TADARUS RAMADHAN
memetik bulan
yang berganti kelamin
pohonan ,ternak ,dan segala yang hidup
berucap syukur menderaikan tafakur
tetes air mata
terdengar alunan tahmid.
mentalu di anjungan musholla
mengerami senyum kita
menyambut ramadhan tadarus anugerah
kicau burung sibuk mencari angin
menanami langit dengan istirham adzan
kita telah sampai ,merahangi
kebersamaan.
membagi duka menjemput lara
membuka bahagia melepas rindu
tadarus ramadhan ,
saat tabirtabir lailatulqodar
tangantangan menengadah
menjulurkan ampunan tentang hamba
yang terniscaya hanyalah lemah di hadapanNYA
jika senja merah datang
jembar hati mulai terasa
berkumpul di dekat hidangan
mengulas liur yang membasah
seharian menahan lapar -dahaga
kumandang adzan terdengar melaju
bersama bibir menyentuh alhamdu
kemenangan telah kita rengkuh
bersama keringat dan kesabaran
yang terlahir di tubuh ini.
tadarus ramadhan
terasa indah
sampai ujung idul fitri
yang menunggu kata hati
'' minal aidzin wal faidzin "
2012 ,kranji bekasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar