Selasa, 08 Mei 2012

puisiku yang kutulis karena sebuah kemerdekaan di tubuh kita terampas dan terbuang

Sebab Akulah Jangkrik

kupanggil namamu dengan
peluhpeluh yang bertunas
dari keningmu ,Alia
                                sebab
akulah jangkrik di perbatasan
tanah ,saat kau sebut aku
sebagai ramayana mencari dewi angin

malam yang intan ,
rembulan ihtilami kelaminku
terasa denyutnya sampai deras sungai
mengalir melahapi sisa khuldi dadamu ,
menggelar perkawinan bibir kita
tumpah di lebuni air mata

kupungut kau ,Alia
tubuhmu berpunuk dari jiwa
terpaksa ku ampar depan teras rumah
saat hujan datang melata tanpa deru
dan dingin berbisa

kupanggil namamu ,Alia
dengan cerukceruk cahaya
saat mati rasaku mengulas sedekah
gelombang ke dermaga kapal_
                             kau layarkan.
                             kau bisukan.
semua sembahyangku di pahamu
sampai lelah terpaksa kusimpan
di lemari es dan sandal jepit
yang bertengger depan pintu_

      depan pintu-alastu-hiftu-belenggu

suratsurat darimu ku tunu
dalam televisi dan meja ruang tamu
aku menunggu senja
bukan karena kau masih menangis
tapi aku tahu kaulah perempuan
dalam sarungku semalam ,
memilin peju biru dan sebaris
puisi di belakang telingaku

Alia ,kupanggil namamu
sebagai arwah ulang tahun matahari
yang memanggang akar tubuhku ke tubuhmu

jika sampai waktunya
aku ingin kau melahirkan anakanakku
di perbatasan sunyi bulan januari


bekasi ,2012


Di kamar ,tempat gambar angin
dan segelas air mata menyeduh luka mani biru


Dinding matamu .adinda
melupa tentang iftitah usang
di lipatan terakhir lalu masa angin

kau tumpahkan warna bintang
saat putaran dingin malam
mencampur keringat kita
di segelas air mata
sambil menyeduh luka mani biru

bulu alismu.adinda
tempat gambar angin
berlepasan mengukur derai rindu
di waktu lekat tubuhmu ,
lidahku kau potong serupa
wortel  dilancip pisau dapur

aku diam ,sungai yang mengalir
kau pingsankan di dekat jendela
ranjang bisu menatap tubuh kita
yang berlari sekencang kereta stasiun
memburu karcis menuju kota
dengan nama palsu yang lahir dari
kelamin kita

dinding tubuhmu.adinda
kitabkitab sungsang melesung
memporandakan khayal sepi yang
berihktiar di bilik bulu betisku

di kamar ,tempat gambar angin
dan segelas air mata menyeduh
luka mani biru


2012


Iftitah tanah kombang

tanah yang kusebut sebagai nenek moyang
subur menyanyikan lagu deras semi hujan

laut yang ku kawinkan dengan galadak pajangan
mendebur menyebut asma arus ke telaga bebatu
menyimpan berhala ikan dan lokan
yang setiap hari bercumbu dengan bibir anak pantai

; kutanak di atas tomang
bersama gerendang doa anugerah.
dipulung dari wajah keringat nelayan
berbantal angin .berselimut gelombang
                                                              ; tasrif garam
di embanan air mata

bila malam tiba
anakanak mengeja al-qur'an
di anjungan surau
suara mereka adalah cahaya
yang sedang bertemu dengan tuhannya

'' Iqro' bismirobbikalladi kholaq
kholaqol insana min alaq "'

rindu terasa datang menjemput tubuh
saat teringat salerek yang sedang di ajum
lalu turun di timang ke laut,beramai
menukar senyum membagi pahala
sebagai perihal tanah semesta leluhur

rumahrumah berbaris jelmaan laut
pada subuh seorang anak menulis
surat untuk tuhannya-
agar sang ayah menjadi nabi di laut
serta pulang sebagai ayah berpeluh nikmat
bertawasul menunda silam masa

lihatlah tasik yang sepanjang langit bumi
tak terbatas merapal palung jiwa
tentang darahku yang menetes dari
rahim ibu ,mendepa ke dermaga
tempat pajangan mengejar angin barat
                                               -angin timur
menyapa riak di jendela samudera biru
menggarmanggar seperti layangan di onjuk
di tanam batu laut-ujung tepian
akhir seluruh hilir

aku bernyanyi di dasar kenangan
iftitah tanah kombang adalah yang kusebut
sebagai nenek moyang tanpa air mata


kombang ,tugasan 2008


Nyanyian dari kampung muara gembong

Disini kami lahir dari mata laut
bukan hanya menabung lelah
namun tempat melagukan luka
yang terus di asah
dengan parang tubuh ini

kami tukar urat dan darah
demi sekeping sepiring nasi

anakanak kami menangis
ketakutan ,ketika
hantu abrasi dan rob ingin menimang
gubuk itu sebgai tempat dimana kami berkumpul
dan bernyanyi tentang dunia

tapi kami tak gentar
karena dari rahim ini terlahir
doa menjemput senja

di kepala terukir beribu tambak udang
setiap hari keringat di uraikan
melawan terik menahan hambar haus
meleleh ke cekung urat nadi
yang semakin tinggal kentut belulang ini

kampung ini ,sudah
menjadi legenda ,jalanjalan
seperti kuburan_
kami mengaji nasib
saat malam menjelang berkedip
terkadang akan lebih rela
jika mata ini tak cepat nyenyak
memanggang ,karena jiwa ini
dilayangkan ketakutan
robrob yang mengadakan perkawinan dengan pesisir

tak banyak air mata yang isa
di tumpahkan .
atau sekedar  permohonan
kepada yang diskusi disana.
karena kami lebih tahu
lebih baik diam daripada menjual malu
atau menjadi bahan tawa mereka
yang sedang sibuk
mendandani kelaminnya yang uang

sering kami pulang dari laut
tanpa membaw seranjang kabut
yang bisa di hadiahkan kepada
istri dan anak__
meraka sudah terlalu banyak
menanam sungging senyum
karena di hatinya
selamat kami adalah hadiah
terindah yang paling ditunggu
di doa yang tertancap di atas sajadah

kampung kami kini sudah
menjadi sampah ,
ya ,sampah yang terhunus
dari tangantangan dusta
tangantanagn dajal murka
membuat kami sekan
mati pelanpelan tanpa suara

ini tanah kampung kami ,
laut kami .sangkolannya
nenek moyang dulu masa kala

anakanak kami adalah masa depan
penerus citacita mengarungi samudera
yang belum sempat kami singgahi

pesanpesan leluhur kami ajarkan
kepadanya ,agar kelak menjadi
pelaut yang tak gentar melawan badai

disini kami lahir dari mata laut
walau derita terus beranak
dalam deraiderai tangisan jiwa
kami akan selalu menanak doa menanam harapan
agar esok kami melihat mentari berpalung di ujung
pesisir dan atap rumah kami

entah sampai kapan ini menjadi hantu dan luka
ataukah catatan bunting yang memang
harus kami telan dalamdalam
sampai tutup ini usia

sampai kami tahu tuhanlah tempat berpulang
dan mengadu


2012 ,kampung muara gembong 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar